Cerita Anak Karet #1: Sarapan Dengan Bau Tidak Sedap
KOALSEILMU.com - Awan hitam meyelimuti pagi yang seharusnya terang. Embun pagi menari bersama tetesan hujan. Hawa dingin bergelut dalam tubuh yang lemah. Burung-burung tetap berkicau seakan menyuruh untuk tetap bekerja.
Di desa daerah pegunungan ujung selatan Pulau Kalimantan seorang anak muda dilahirkan. Daun rimbun, jalan berkubang, binatang ternak, udara dingin, teriakan anak kecil, itu semua menjadi pemandangan. Ya, Desa Bumi Asih. Lima belas menit sebelum Pantai Batakan. Pantai selatan dengan misteri Pulau Datu. Pantai dengan penuh pohon cemara dan kuda.
Dari Desa Bumi Asih menuju kota pelaihari menempuh waktu sekitar 45 menit. Kota Pelaihari ini termasuk ibu kota dari Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Desa yang tergolong masih di daerah pelosok. Tetapi menghasilkan banyak hasil tanaman. Seperti jagung, padi, karet, sawit, buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian lainnya. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri untuk Desa Bumi Asih, Kecamatan Panyipatan. Karena letaknya didaerah pegunungan dan tanah yang cukup subur.
Nilai-nilai bhineka tunggal ika di sini masih sangat terjaga. Terdapat beberapa suku bangsa, karena pada dasarnya ini adalah desa transmigrasi. Beberapa daerah diantaranya adalah dari sunda, tegal, nganjuk, lamongan, kediri dan beberapa suku atau daerah lainnya.
Di sini hanya terdapat satu sekolahan saja, yaitu SDN Bumi Asih 2. Sedangkan sekolah tingkat SLTP dan SLTA terdapat desa sebelah. Dan untuk tingkat perguruan tinggi ada di daerah Pelaihari, Banjarbaru, dan Banjarmasin.
Bukan hal yang mudah hidup menjadi seorang petani dan pekebun karet. Setiap pagi hari harus sarapan dengan bau yang tidak sedap dari getah karet. Setelah shalat Subuh para pekebun karet langsung menuju lahan mereka masing-masing untuk menyedap getah karet. (AIRUL,6/8/2017)
Comments
Post a Comment